Dalam kisah Mahabharata, salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Mahabharata menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Kurawa memperebutkan takhta Hastinapura. Ada banyak tokoh yang memiliki kemampuan berperang yang hebat, namun hanya beberapa tokoh beruntung yang dapat dipercayakan oleh dewa dan semesta untuk memiliki pusaka sakti. Berikut saya sampaikan beberapa tokoh dan senjata pusaka andalannya.
1. BIMA – GADA RUJAPALA
Bima adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, selalu bersifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana.
Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:
- Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja
- Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca
- Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena dan
- Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.
Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam menggunakan senjata gada.
Gada Rujapala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.
2. ARJUNA – PANAH PASOPATI & BUSUR GANDIWA
Arjuna seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura. Mahabharata mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat Kresna, yang disebut dalam kitab Purana sebagai awatara (penjelmaan) Dewa Wisnu.
Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara Pandawa dan Korawa berkecamuk (Bharatayuddha). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut Bhagawadgita, yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang. Senjata Pusaka yang digunakan Arjuna adalah Panah Pasopati dan Busur Gandiwa.
Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para Pandawa diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa atau Mahaprasthanikaparwa. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu Agni. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman Dwaparayuga tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian Nakula, Sahadewa, dan Dropadi.
Pasopati : PASO artinya Tepat. PATI artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnyaPanah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon arjunawiwaha. panah tersebut digunakan arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh jayadarta dan Adipati Karna. Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang ‘tãlamãtra’ (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta). Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.
3. KARNA – INDRASTRA
Karna adalah nama Raja Angga dalam wiracarita Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam perang besar melawan Pandawa. Karna merupakan kakak tertua dari tiga di antara lima Pandawa: Yudistira, Bimasena, dan Arjuna. Dalam bagian akhir perang besar tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa, dan akhirnya gugur di tangan Arjuna. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Karna menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Meski angkuh, ia juga seorang dermawan yang murah hati, terutama kepada fakir miskin dan kaum brahmana. Menurut legenda, Karna merupakan pendiri kota Karnal, terletak di negara bagian Haryana, India Utara.
Karna dilahirkan Kunti melalui anugerah Dewa Surya, maka, Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari kesaktian Karna, Indra merasa cemas kalau Arjuna sampai kalah jika bertanding melawan putra Surya itu. Maka, Indra pun bersiasat merebut baju pusaka Karna dengan menyamar sebagai seorang pendeta. Konon, jika mengenakan pakaian pusaka tersebut, Karna tidak mempan terhadap senjata jenis apa pun. Rencana Indra diketahui oleh Surya. Ia pun memberi tahu Karna, tetapi Karna sama sekali tidak risau. Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga apa pun yang diminta oleh orang lain pasti akan dikabulkannya.
Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-anting yang dipakai Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang melekat di kulitnya sejak bayi tersebut menggunakan pisau. Indra terharu menerimanya. Ia pun membuka samaran dan memberikan pusaka Indrastra baru berupa Indrastra (Wasawisakti) atau Konta (yang bermakna “tombak”) sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu ia akan musnah.
Pada Mulanya Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini terpaksa Digunakan untuk membunuh Gatot Kaca.
Pada hari ketujuh belas Perang Kurukshetra, perang tanding antara Karna dan Arjuna etelah bertempur dalam waktu yang cukup lama, kutukan atas diri Karna pun menjadi kenyataan. Ketika Arjuna membidiknya menggunakan panah Pasupati, salah satu roda keretanya terperosok ke dalam lumpur sampai terbenam setengahnya. Karna tidak peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya mengimbangi Pasupati. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama.
Karna meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik. Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Kresna mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas. Teringat pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah Pasupati yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika.
4. YUDISTIRA – JAMUS KALIMASADA
Yudistira adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta. Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna “teguh atau kokoh dalam peperangan”. Dalam kitab Mahabharata, ia juga disebut dengan nama Bharata (keturunan Maharaja Bharata) dan Ajatasatru Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna “raja Dharma”, karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.
Peran Yudhistira dalam peperangan Pandawa melawan Kurawa di Bharatayudha (Perang Kurukshetra) sangat besar. Yudhistira memilik strategi yang cukup ampuh saat menghadapi Durna. Dia menggunakan keahliannya memainkan tombak pada waktu bertarung melawan Salya, dan rasa adilnya ketika harus menghadapi Duryudana. Setelah berakhirnya perang Bharatayudha, Yudhistira dinobatkan menjadi Maharaja dunia dengan menjadi raja dari Hastinapura dan Amarta.
Yudhistira dalam perjalanan terakhirnya menuju gunung Himalaya para Pandawa dan Drupadi Bharatawarsha, Yudhistira meninggal dan ia menjadi orang terakhir yang meninggal dalam perjalanan menuju Himalaya dan masuk ke surga. Lagi-lagi di surga ia harus menerima ujian dan berhasil melewatinya.
Naskah Bharatayuddha mengisahkan bahwa Salya memakai senjata bernama Rudrarohastra, sedangkan Yudistira memakai senjata bernama Kalimahosaddha. Pusaka Yudistira yang berupa kitab itu dilemparkannya dan tiba-tiba berubah menjadi tombak menembus dada Salya. Salya adalah kakak ipar Pandu yang terpaksa membantu Korawa karena tipu daya mereka. Pada hari ke-18, ia diangkat sebagai panglima oleh Duryodana. Akhirnya ia pun tewas terkena tombak Yudistira.
5. KRESNA – CAKRA SUDARSANA
Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan
Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.
Setelah perang usai, Yudistira diangkat sebagai Raja Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia memerintah selama 36 tahun. Sementara itu Kresna tinggal bersama kaumnya di Dwaraka. Karena Samba—putra Kresna—dan beberapa pemuda Yadawa telah mengolok-olok para resi yang mengunjungi Dwaraka, maka kaum Yadawa dikutuk agar hancur dengan menggunakan senjata gada yang dikeluarkan dari perut Samba. Atas perintah Ugrasena, senjata tersebut dihancurkan hingga menjadi debu lalu dibuang ke laut. Debu tersebut hanyut ke tepi pantai Prabasha dan tumbuh menjadi semacam tanaman rumput, disebut eruka.
Pada suatu perayaan, kaum Yadawa mengunjungi Prabasha dan berpesta pora di sana. Karena pengaruh minuman keras, mereka mabuk dan saling hantam. Perkelahian pun berubah menjadi pembunuhan massal. Saat menyaksikan kaumnya saling bunuh, Kresna menggenggam rumput eruka dan melemparkannya ke tengah percekcokan tersebut yang mengakibatkan ledakan hebat sehingga membunuh hampir seluruh kaum Yadawa yang ada di sana. Setelah kehancuran kaumnya, Baladewa meninggalkan tubuhnya dengan cara melakukan Yoga. Sementara itu, Kresna memasuki hutan dan duduk di bawah pohon untuk bermeditasi. Mahabharata menyatakan bahwa seorang pemburu bernama Jara mengira sebagian kaki kiri Kresna yang tampak sebagai seekor rusa sehingga ia menembakkan panahnya, menyebabkan Kresna terluka secara fana, sampai berujung ke kematiannya. Saat jiwa Kresna mencapai surga, tubuhnya dikremasi oleh Arjuna.
Senjata yang dimiliki Kresna salah satunya adalah Cakra Sudarsana. Dalam mitologi Hindu, Cakra Sudarsana adalah senjata berputar yang dahsyat berbentuk cakram dengan 108 gerigi tajam di tepinya. Senjata itu dimiliki oleh Dewa Wisnu. Cakra Sudarsana tampak dibawa di tangan kanan belakangnya, di antara empat lengannya yang lain, masing-masing membawa sangkakala (tangan kiri belakang), gada (tangan kiri depan), dan bunga padma di tangan kanan depan.
Menurut kitab Purana, Cakra Sudarsana adalah senjata penghancur yang tak terelakkan. Penggambaran Cakra Sudarsana bersama Wisnu juga berarti bahwa Wisnu adalah penjaga sekaligus penguasa surga dan benda angkasa.
Sekian informasi yang penulis bisa berikan.
Apabila masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.