Category Archives: WIRACARITA

5 Tokoh Mahabharata Beserta Senjata Pusakanya

Dalam kisah Mahabharata, salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta. Mahabharata menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Kurawa memperebutkan takhta Hastinapura. Ada banyak tokoh yang memiliki kemampuan berperang yang hebat, namun hanya beberapa tokoh beruntung yang dapat dipercayakan oleh dewa dan semesta untuk memiliki pusaka sakti. Berikut saya sampaikan beberapa tokoh dan senjata pusaka andalannya.

1. BIMA – GADA RUJAPALA

Litograf Bima terbitan Raja Ravi Varma Press.

Bima adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, selalu bersifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana.

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang istri dan tiga orang anak, yaitu:

  1. Dewi Nagagini, berputra (mempunyai putra bernama) Arya Anantareja
  2. Dewi Arimbi, berputra Raden Gatotkaca
  3. Dewi Urangayu, berputra Arya Anantasena dan
  4. Dewi Rekatawati, berputra Srenggini.

Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, sebagaimana Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang mahir dalam menggunakan senjata gada.

Gada Rujapala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

2. ARJUNA – PANAH PASOPATI & BUSUR GANDIWA

Litografi Arjuna, diterbitkan di Delhi, 1920.

Arjuna seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai anggota Pandawa yang berparas menawan dan berhati lemah lembut. Dalam Mahabharata diriwayatkan bahwa ia merupakan putra Prabu Pandu, raja di Hastinapura dengan Kunti atau Perta, putri Prabu Surasena, raja Wangsa Yadawa di Mathura. Mahabharata mendeskripsikan Arjuna sebagai teman dekat Kresna, yang disebut dalam kitab Purana sebagai awatara (penjelmaan) Dewa Wisnu.

Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang antara Pandawa dan Korawa berkecamuk (Bharatayuddha). Dialog antara Kresna dan Arjuna sebelum perang Bharatayuddha berlangsung terangkum dalam suatu kitab tersendiri yang disebut Bhagawadgita, yang secara garis besar berisi wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang kesatria di medan perang. Senjata Pusaka yang digunakan Arjuna adalah Panah Pasopati dan Busur Gandiwa.

Perjalanan terakhir yang dilakukan oleh para Pandawa diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa atau Mahaprasthanikaparwa. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu Agni. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai Arjuna sudah berakhir pada zaman Dwaparayuga tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya. Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian Nakula, Sahadewa, dan Dropadi.

Ilustrasi dari Mahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press.

Pasopati : PASO artinya Tepat. PATI artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnyaPanah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon arjunawiwaha. panah tersebut digunakan arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh jayadarta dan Adipati Karna. Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang ‘tãlamãtra’ (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta). Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.

3. KARNA – INDRASTRA

Ilustrasi dari Mahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press.

Karna adalah nama Raja Angga dalam wiracarita Mahabharata. Ia menjadi pendukung utama pihak Korawa dalam perang besar melawan Pandawa. Karna merupakan kakak tertua dari tiga di antara lima Pandawa: Yudistira, Bimasena, dan Arjuna. Dalam bagian akhir perang besar tersebut, Karna diangkat sebagai panglima pihak Korawa, dan akhirnya gugur di tangan Arjuna. Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Karna menjunjung tinggi nilai-nilai kesatria. Meski angkuh, ia juga seorang dermawan yang murah hati, terutama kepada fakir miskin dan kaum brahmana. Menurut legenda, Karna merupakan pendiri kota Karnal, terletak di negara bagian Haryana, India Utara.

Karna dilahirkan Kunti melalui anugerah Dewa Surya, maka, Arjuna lahir melalui anugerah Dewa Indra. Menyadari kesaktian Karna, Indra merasa cemas kalau Arjuna sampai kalah jika bertanding melawan putra Surya itu. Maka, Indra pun bersiasat merebut baju pusaka Karna dengan menyamar sebagai seorang pendeta. Konon, jika mengenakan pakaian pusaka tersebut, Karna tidak mempan terhadap senjata jenis apa pun. Rencana Indra diketahui oleh Surya. Ia pun memberi tahu Karna, tetapi Karna sama sekali tidak risau. Ia telah bersumpah akan hidup sebagai seorang dermawan sehingga apa pun yang diminta oleh orang lain pasti akan dikabulkannya.

Indra yang menyamar sebagai seorang resi tua datang menemui Karna saat sedang sendirian. Ia meminta sedekah berupa baju perang dan anting-anting yang dipakai Karna. Karna pun mengiris semua pakaian pusaka yang melekat di kulitnya sejak bayi tersebut menggunakan pisau. Indra terharu menerimanya. Ia pun membuka samaran dan memberikan pusaka Indrastra baru berupa Indrastra (Wasawisakti) atau Konta (yang bermakna “tombak”) sebagai hadiah atas ketulusan Karna. Namun, pusaka Konta hanya bisa digunakan sekali saja, setelah itu ia akan musnah.

Ilustrasi dari kitab Mahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press.

Pada Mulanya Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini terpaksa Digunakan untuk membunuh Gatot Kaca.

Pada hari ketujuh belas Perang Kurukshetra, perang tanding antara Karna dan Arjuna etelah bertempur dalam waktu yang cukup lama, kutukan atas diri Karna pun menjadi kenyataan. Ketika Arjuna membidiknya menggunakan panah Pasupati, salah satu roda keretanya terperosok ke dalam lumpur sampai terbenam setengahnya. Karna tidak peduli, ia pun membaca mantra untuk mengerahkan kesaktiannya mengimbangi Pasupati. Namun, kutukan kedua juga menjadi kenyataan. Karna tiba-tiba lupa terhadap semua ilmu yang pernah ia pelajari dari Parasurama.

Karna meminta Arjuna untuk menahan diri sementara ia turun untuk mendorong keretanya agar kembali berjalan normal. Pada saat itulah Kresna mendesak agar Arjuna segera membunuh Karna karena ini adalah kesempatan terbaik. Arjuna ragu-ragu karena saat itu Karna sedang lengah dan berada di bawah. Kresna mengingatkan Arjuna bahwa Karna sebelumnya juga berlaku curang karena ikut mengeroyok Abimanyu sampai mati pada hari ketiga belas. Teringat pada kematian putranya yang tragis tersebut, Arjuna pun melepaskan panah Pasupati yang melesat memenggal kepala Karna. Karna pun tewas seketika.

4. YUDISTIRA – JAMUS KALIMASADA 

Patung Yudistira di Birla Mandir.

Yudistira adalah salah satu tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putra Pandu. Dalam tradisi pewayangan, Yudistira diberi gelar prabu dan memiliki julukan Puntadewa, sedangkan kerajaannya disebut dengan nama Kerajaan Amarta. Nama Yudistira dalam bahasa Sanskerta bermakna “teguh atau kokoh dalam peperangan”. Dalam kitab Mahabharata, ia juga disebut dengan nama Bharata (keturunan Maharaja Bharata) dan Ajatasatru Ia juga dikenal dengan sebutan Dharmaraja, yang bermakna “raja Dharma”, karena ia selalu berusaha menegakkan dharma sepanjang hidupnya.

Peran Yudhistira dalam peperangan Pandawa melawan Kurawa di Bharatayudha (Perang Kurukshetra) sangat besar. Yudhistira memilik strategi yang cukup ampuh saat menghadapi Durna. Dia menggunakan keahliannya memainkan tombak pada waktu bertarung melawan Salya, dan rasa adilnya ketika harus menghadapi Duryudana. Setelah berakhirnya perang Bharatayudha, Yudhistira dinobatkan menjadi Maharaja dunia dengan menjadi raja dari Hastinapura dan Amarta.

Yudhistira dalam perjalanan terakhirnya menuju gunung Himalaya para Pandawa dan Drupadi Bharatawarsha, Yudhistira meninggal dan ia menjadi orang terakhir yang meninggal dalam perjalanan menuju Himalaya dan masuk ke surga. Lagi-lagi di surga ia harus menerima ujian dan berhasil melewatinya.

Pertempuran Yudistira melawan Salya. Ilustrasi dari Mahabharata terbitan Gorakhpur Geeta Press.

Naskah Bharatayuddha mengisahkan bahwa Salya memakai senjata bernama Rudrarohastra, sedangkan Yudistira memakai senjata bernama Kalimahosaddha. Pusaka Yudistira yang berupa kitab itu dilemparkannya dan tiba-tiba berubah menjadi tombak menembus dada Salya. Salya adalah kakak ipar Pandu yang terpaksa membantu Korawa karena tipu daya mereka. Pada hari ke-18, ia diangkat sebagai panglima oleh Duryodana. Akhirnya ia pun tewas terkena tombak Yudistira.

5. KRESNA – CAKRA SUDARSANA

Lukisan Kresna sebagai juru damai, karya Raja Ravi Varma. Dalam lukisan, Kresna mencegah Satyaki, rekannya yang hendak menghadapi para Korawa yang tidak menyetujui usulan damai yang diberikan Kresna.

Kresna adalah salah satu dewa yang dipuja oleh umat Hindu, berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak. Dalam seni lukis dan arca, umumnya ia digambarkan sedang bermain seruling sambil berdiri dengan kaki yang ditekuk ke samping. Legenda Hindu dalam kitab Purana dan

Mahabharata menyatakan bahwa ia adalah putra kedelapan Basudewa dan Dewaki, bangsawan dari kerajaan Surasena, kerajaan mitologis di India Utara. Secara umum, ia dipuja sebagai awatara (inkarnasi) Dewa Wisnu kedelapan di antara sepuluh awatara Wisnu. Dalam wiracarita Mahabharata ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang bijaksana, sakti, dan berwibawa. Selain itu ia dikenal pula sebagai tokoh yang memberikan ajaran filosofis, dan umat Hindu meyakini Bhagawadgita sebagai kitab yang memuat kotbah Kresna kepada Arjuna tentang ilmu rohani.

Setelah perang usai, Yudistira diangkat sebagai Raja Kuru, dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Ia memerintah selama 36 tahun. Sementara itu Kresna tinggal bersama kaumnya di Dwaraka. Karena Samba—putra Kresna—dan beberapa pemuda Yadawa telah mengolok-olok para resi yang mengunjungi Dwaraka, maka kaum Yadawa dikutuk agar hancur dengan menggunakan senjata gada yang dikeluarkan dari perut Samba. Atas perintah Ugrasena, senjata tersebut dihancurkan hingga menjadi debu lalu dibuang ke laut. Debu tersebut hanyut ke tepi pantai Prabasha dan tumbuh menjadi semacam tanaman rumput, disebut eruka.

Pada suatu perayaan, kaum Yadawa mengunjungi Prabasha dan berpesta pora di sana. Karena pengaruh minuman keras, mereka mabuk dan saling hantam. Perkelahian pun berubah menjadi pembunuhan massal. Saat menyaksikan kaumnya saling bunuh, Kresna menggenggam rumput eruka dan melemparkannya ke tengah percekcokan tersebut yang mengakibatkan ledakan hebat sehingga membunuh hampir seluruh kaum Yadawa yang ada di sana. Setelah kehancuran kaumnya, Baladewa meninggalkan tubuhnya dengan cara melakukan Yoga. Sementara itu, Kresna memasuki hutan dan duduk di bawah pohon untuk bermeditasi. Mahabharata menyatakan bahwa seorang pemburu bernama Jara mengira sebagian kaki kiri Kresna yang tampak sebagai seekor rusa sehingga ia menembakkan panahnya, menyebabkan Kresna terluka secara fana, sampai berujung ke kematiannya. Saat jiwa Kresna mencapai surga, tubuhnya dikremasi oleh Arjuna.

Kesabaran Kresna habis sehingga ia ingin membunuh Bisma dengan tangannya sendiri, namun dicegah oleh Arjuna. Lukisan karya Pariksit Dasa.

Senjata yang dimiliki Kresna salah satunya adalah Cakra Sudarsana. Dalam mitologi Hindu, Cakra Sudarsana adalah senjata berputar yang dahsyat berbentuk cakram dengan 108 gerigi tajam di tepinya. Senjata itu dimiliki oleh Dewa Wisnu. Cakra Sudarsana tampak dibawa di tangan kanan belakangnya, di antara empat lengannya yang lain, masing-masing membawa sangkakala (tangan kiri belakang), gada (tangan kiri depan), dan bunga padma di tangan kanan depan.

Menurut kitab Purana, Cakra Sudarsana adalah senjata penghancur yang tak terelakkan. Penggambaran Cakra Sudarsana bersama Wisnu juga berarti bahwa Wisnu adalah penjaga sekaligus penguasa surga dan benda angkasa.

Sekian informasi yang penulis bisa berikan.
Apabila masih banyak kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

12 Senjata Sakti Tokoh Pewayangan

Pusaka adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu benda yang dianggap sakti atau keramat. Biasanya benda-benda yang dianggap keramat di sini umumnya adalah benda warisan yang secara turun-temurun diwariskan oleh nenek moyangnya. Dalam kisah pewayangan banyak sekali senjata pusaka yang memiliki kekuatan magis, sampai-sampai ada yang bisa menghancurkan dunia.

Berikut kami rangkum informasinya senjata sakti yang digunakan oleh tokoh pewayangan versi Jawa. Untuk versi Mahabharata, silahkan klik disini.

1.Kuku Pancanaka (Milik Bima)

SO9MF2K4EEQG6J9HE4CQ3BIAH4DIKAHO_0 (1)

Senjata Pancanaka berupa kuku jempol tangan yang berwarna hitam, melengkung panjang ke bawah serta sangat tajam. Diceritakan tajamnya tujuh kali tajam pisau cukur. Pada babat hutan Amarta, Bima menggunakan kuku Pancanaka untuk menebang pohon- pohon besar, dan pada perang Baratayudha, Bima menggunakan Pancanaka untuk memotong leher Dursasana.

Tak mudah mendapatkan Pusaka ini, Bima harus bersemadhi di gua gunung meheru selama berbulan-bulan, dan pada awalnya dewa pemilik kuku tak mau memberikannya pada Bima. Oleh karena itu, Batara Guru memberikan 2 kuku pancanaka buatannya, agar Bima tak mengamuk dan memporak porandakan Bumi.

2. Gada Rujapala (Milik Bima)

FJDYNG4J8D419B5OFUUH7R2FA24KPC1Y_0

Gada Rujapala adalah Senjata Bima yang ia gunakan untuk membunuh Duryudana pada hari Terakhir , perang barathayuda. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

3. Panah Pasopati (Milik Arjuna)

W55BF0VXF2RDJPFTBVM817TAKSEYYGGB_0

Secara harfiah Pasopati bermakna Paso” artinya Tepat, “Pati” artinya Mati. Jadi panah pasopati jika mengenai musuh atau lawan yang berupa Raksasa, Kesatria ataupun Saudara, Pastilah lawan tersebut menemui ajalnya

Panah Pasopati diberikan oleh batara guru, saat arjuna melakukan tapa pada lakon Arjunawiwaha. panah tersebut digunakan Arjuna untuk membunuh raja raksasa yaitu Niwatacaraka yang ingin mempersunting Dewi Supraba, selain itu digunakan untuk membunuh Jayadarta dan Adipati Karna.

4. Busur Gandiwa (Milik Arjuna)

2arj

Arjuna menerima Gandiwa dari Waruna atas rekomendasi dari Agni. Waruna juga memberikan Arjuna, dua Kantong Panah yang tak pernah habis, sebuah kereta yang dibuat oleh Wiswakarma yang memiliki bendera Hanuman, dan tunggangan empat Kuda putih yang lahir di wilayah Gandharwa.
Gandiwa dikatakan menanggung beban yang berat (MBH 4,40), dan memiliki panjang ‘tãlamãtra’ (MBH 5,161, 8,68). Interpretasi Tãlamãtra bervariasi (pohon palem, sepanjang lengan, empat sampai enam hasta, dll)
Arjuna sudah bersumpah untuk memotong kepala siapa pun yang memintanya untuk memberikan busurnya.

5. Konta Jaya (Milik Adipati Karna)

karna (2)

Senjata Konta Jaya adalah milik Adipati Karna. Senjata Konta adalah pemberian dari Dewa Indra. Konta Jaya adalah senjata yang sangat Ampuh Namun hanya dapat digunakan Satu Kali saja. Pada Mulanya Senjata ini digunakan untuk membunuh Arjuna, tapi naasnya senjata ini terpaksa Digunakan untuk membunuh Gatotkaca.

Dalam Versi Mahabharata mengisahkan, Gatotkaca sebagai seorang raksasa memiliki kekuatan luar biasa terutama pada malam hari. Setelah kematian Jayadrata di tangan Arjuna, pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba. Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa kembali ke perkemahan mereka. Pertempuran pun berlanjut. Semakin malam kesaktian Gatotkaca semakin meningkat. Prajurit Korawa semakin berkurang jumlahnya karena banyak yang mati di tangannya. Seorang sekutu Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.

Duryodana pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka Indrastra pemberian Dewa Indra yang bernama Vasavi shakti alias Konta untuk membunuh raksasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk membunuh Arjuna. Namun karena terus didesak, Karna terpaksa melemparkan pusakanya menembus dada Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca masih sempat berpikir bagaimana caranya untuk membunuh prajurit Kurawa dalam jumlah besar. Maka Gatotkaca pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh menimpa ribuan prajurit Korawa. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan Pandawa hanya Kresna yang tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan relatif aman.

6. Jamus Kalimasada (Milik Yudistira)

SI4LCNMDINSVJBT39NK5UL1AOL6QROVO_0

Serat Jamus Kalimasada adalah nama sebuah pusaka dalam dunia pewayangan yang dimiliki oleh Prabu Puntadewa (alias Yudistira), pemimpin para Pandawa. Pusaka ini berwujud kitab, dan merupakan benda yang sangat dikeramatkan dalam Kerajaan Amarta.
Salah satu kisah pewayangan Jawa menceritakan tentang asal-usul terciptanya pusaka Jamus Kalimasada.

VF11HYDRASM5PE3DFMLNWX2V635J9GKP_0

Pada mulanya terdapat seorang raja bernama Prabu Kalimantara dari Kerajaan Nusahantara yang menyerang kahyangan bersama para pembantunya, yaitu Sarotama dan Ardadedali. Dengan mengendarai Garuda Banatara, Kalimantara mengobrak-abrik tempat tinggal para dewa. Batara Guru raja kahyangan meminta bantuan Resi Satrukem dari pertapaan Sapta Arga untuk menumpas Kalimantara. Dengan menggunakan kesaktiannya, Satrukem berhasil membunuh semua musuh para dewa tersebut. Jasad mereka berubah menjadi pusaka. Kalimantara berubah menjadi kitab bernama Jamus Kalimasada, Sarotama dan Ardadedali masing-masing menjadi panah, sedangkan Garuda Banatara menjadi payung bernama Tunggulnaga. Satrukem kemudian memungut keempat pusaka tersebut dan mewariskannya secara turun- temurun, sampai kepada cicitnya yang bernama Resi Wyasa atau Abyasa.

Ketika kelima cucu Abyasa, yaitu para Pandawa membangun kerajaan baru bernama Amarta, pusaka-pusaka tersebut pun diwariskan kepada mereka sebagai pusaka yang dikeramatkan dalam istana. Di antara pusaka-pusaka Kerajaan Amarta, Jamus Kalimasada menempati peringkat utama. Kisah-kisah pedalangan banyak yang bercerita tentang upaya musuh-musuh Pandawa untuk mencuri Kalimasada. Meskipun demikian pusaka keramat tersebut senantiasa kembali dapat direbut oleh Yudistira dan keempat adiknya.

7. Cakra Sudarsana (Milik Batara Wisnu)

DNO6LUK02M5K4DLHNQ2D6QPVC3TJO7L4_0

Lengkapnya Cakra Sudarsana, atau Cakra Baskara adalah senjata andalan Batara Wisnu. Senjata itu juga dimiliki para titisannya, termasuk Prabu Kresna, raja Dwarawati. Sebagai senjata milik dewa, Cakra bukan hanya ampuh, tetapi juga mempunyai bermacam kegunaanyya. Kebanyakan makhluk di dunia ini tidak ada yang sanggup mengelak dan menangkal dari serangan senjata Cakra kecuali tokoh tertentu yang berpihak pada kebajikan.

WE6K863P62N07UAPPAHASLINAGRDNU3F_0

Dalam pewayangan senjata Cakra digambarkan berbentuk roda dengan gigi-gigi yang menyerupai mata tombak. Pada Wayang Kulit Purwa dan Wayang Orang, senjata Cakra dirupakan sebagai mata panah (nyenyep, Bhs. Jawa), sedangkan dalam penggambarannya di beberapa dinding candi serta di komik-komik yang diterbitkan di Jawa Barat, Cakra dilukiskan berbentuk semacam cakram yang tepinya bergerigi.
Dalam pewayangan gagrak Jawa Timur diceritakan, senjata Cakra Baskara tercipta dalam lakon Wisnusraya. Suatu ketika, Prabu Mangliawan dari Kerajaan Selagringging menyerbu kahyangan, karena pinangannya terhadap Dewi Sri Pujayanti ditolak. Bala tentara dewa kewalahan menghadapinya. Sang Hyang Narada menugasi Batara Wisnu untuk menghadapi Prabu Mangliawan.

Sebelum berangkat ke medan laga Batara Wisnu menyuruh istrinya memohon restu pada batara Guru.

Namun pemuka dewa itu tidak berkenan karena ia masih sakit hati pada Wisnu dan Dewi Sri, karena mereka kimpoi, padahal Batara Guru juga berminat memperistri Dewi Sri. Batara Guru bahkan membuang ludah dahaknya sehingga menodai kain yang dikenakan Dewi Sri.

Dewi Sri kemudian melaporkan segala kejadian itu pada suaminya. Oleh Wisnu dahak Batara Guru yang menempel di kain istrinya dipuja menjadi sebuah senjata sakti berbentuk bulat, dengan delapan runcingan di sekeliling sisinya. Senjata itu dinamakan Cakra Baskara atau Riak Kumala.

Menurut versi yang ini, kisah terjadinya senjata Cakra dimulai dari niat Batara Guru untuk berolah asmara dengan Dewi Sri Widawati. Sang Dewi menolak dan memohon perlindungan Batara Wisnu. Ketika batara Wisnu hendak menyadarkan Batara Guru bahwa perbuatannya tidak pantas, pemuka dewa itu malah marah, lalu melakukan tiwikrama. Keempat tangannya menjadi besar dan panjang hendak mencengkeram Wisnu.

Karena takut sekaligus marah, Batara Wisnu melakukan tiwikrama, berubah ujud menjadi Kalamercu. Batara Guru kewalahan dan menghentikan serangannya, tetapi rasa kesalnya belum reda. Batara Wisnu diludahi . Kemudian bersama Batari Sri Widawati dan Batara Basuki, Wishnu diusir dari kahyangan. Sebelum meninggalkan kahyangan, Batara Wisnu memuja ludah Batara Guru menjadi senjata Cakra.

Mulai saat itulah mereka menitis pada manusia yang dipilihnya.
Pertama kali senjata Cakra digunakan oleh batara Wisnu memenggal leher Rembuculung atau Kala Rudra. Sewaktu mendapat laporan dari Batara Candra bahwa Rembuculung mencuri air kehidupan Tirta Amerta. Batara Wisnu segera memburunya. Dengan Senjata Cakra, dewa Pemelihara Alam itu memenggal leher Rembuculung hingga putus. Namun, karena raksasa gandarwa itu sempat meneguk Tirta Amerta. Sebelum sempat tertalan, kepala Rembuculung tidak mati, sedangkan badannya menjadi lesung.

Kala Cakra dalam bahasa Sansekerta mengandung arti bulatan atau lingkaran, piringan, roda atau sejenis dengan itu.

8. Panah Nagapasa (Milik Indrajit)

Indrajit adalah anak Rahwana. Panah ini apabila dilepaskan dari busurnya maka akan mengeluarkan Ribuan Naga yang siap mencabik-cabik raga musuh si indrajit.

9. Brahmastra (Milik Dewa Brahma)

MFWBRUVJY2I9JX7DHW41OTV5VLYTQU5P_0

Brahmastra, senjata dari Dewa Brahma. Merupakan senjata yang sangat kejam dan berbahaya, beberapa ilmuwan terpercaya dimasa kini meyakini senjata ini memiliki daya hancur yang setara dengan bom atom, bahkan dikatakan dapat menghancurkan bumi. Senjata ini juga dapat menghalau hampir semua senjata dewa lainnya.

Brahmastra merupakan senjata yang berbentuk anak panah, dan tidak akan pernah meleset dari sasarannya, baik individual ataupun kelompok. Brahmastra diperoleh dari hasil meditasi kepada Dewa Brahma, dan hanya dapat digunakan sekali dalam seumur hidup. Brahmastra diaktifkan dengan membacakan mantra yang diberikan kepada pengguna senjata saat memperoleh senjata ini. Rama menggunakan senjata ini untuk membunuh Rahwana, sedang Arjuna dan Ashwatthama hampir saja menghancurkan bumi karena hendak mengadu sesama senjata ini

10. Brahmanada (Milik Dewa Brahma)

Brahmananda, merupakan jenis senjata yang paling mematikan didunia. Senjata ini adalah gabungan dari tenaga spritual 7 dewa tersakti didalam kebudayaan Hindu.

Brahmananda adalah senjata Dewa Brhama yang paling mematikan.
Tidak ada senjata lain di dunia yang bisa menyaingi kesaktian daripada Brahmananda , bahkan Brahmastra,Pashupatastra,Brahmasira, Amoghashakti,Vajra, Narayanastra, Vaishnavastra ataupun Sudarshana Chakra tidak dapat menahannya.

11. Kasutpada Kacarma (Milik Gatotkaca)

T3R9WOR7WJAO7P6DGD16CY5M3Q09MTUW_0 (1)

Kasutpada Kacarma adalah sepatu yang terbuat dari kulit naga Sang Hyang Hanantakusuma, dewa penjaga Bumi yang bebentuk naga. Kulit naga itu mempunyai kekuatan gaib yang menyebabkan pemakainya tidak mempan sihir dan ilmu hitam. Siapa yang memakainya bebas terbang tanpa di deteksi jebakan mantram sakti musuh. Mantram sakti itu semacam ranjau pelumpuh yang mungkin untuk zaman sekarang serupa dengan radar musuh. Dengan sepatunya itu Gatotkaca bebas melintas di atas daerah yang angker dan berbahaya.

12. Nenggala (Milik Baladewa)

uuu

Nenggala adalah nama senjata pusaka asuhan Baladewa, ksatria tertangguh yang mewarisi kekuatan dewa dewa seluruh angkasa. Nenggala dikisahkan mampu melelehkan gunung, membelah lautan, dan mengakhiri nasib matahari hanya dalam sekali tebas. Semua orang banyak tahu tentang Nenggala, bahkan jauh lebih dikenal daripada Sang Baladewa sendiri. Padahal, tak seorangpun pernah menyaksikan wujud Sang Pusaka Nenggala itu. Karena begitu dahsyatnya Nenggala,maka pusaka yang satu ini tak boleh banyak diperlihatkan.

Pada suatu senja, Baladewa keluar menenteng Nenggala dan memperlihatkannya kepada dunia. Maka sontak ribuan dewa berkuda awan turun dan menghadang langkah Baladewa, lantas berseru: “Hai Baladewa, jangan kau bawa bawa pusaka itu keluar padepokanmu sembarangan. Simpan sampai nanti Perang Bratayudha pecah.”

Sekian informasi dari penulis, semoga informasi ini bermanfaat.